Rabu, 09 Juli 2014
Puisi: Bidadari Langit
Ketika langit kelabu tiba-tiba beruban, pendar-pendar cahaya menyelimutinya. Dan kau muncul dari pintu gerbang perlintasan.
Lalu, kau bertanya padaku: Apakah kau mencintaiku?
Dan aku hanya menjawab: Ya, tentu aku mencintaimu.
Ketika langit membiru, semu pantulan samudera membuncah di angkasa. Dan kau tengah menyembunyikan tubuhmu di balik jaket merah jambu.
Lalu, kau bertanya padaku: Apakah kau mencintaiku?
Dan aku hanya menjawab: Ya, tak ada yang lebih memesona selain dirimu.
Ketika langit memutih pucat, embusan angin lalang mencoba memulihkan kesadarannya. Dan kau tengah duduk menikmati ocehan parkit di sebelah gazebo.
Lalu, kau bertanya padaku: Apakah kau mencintaiku?
Dan aku hanya mejawab: Ya, bahkan bulu Parkit yang indah pun tak mampu mengalihkan mataku darimu.
Ketika langit menguning berubah jingga hingga memerah seperti bunga Rosella. Burung-burung takut malam, kembali ke sarangnya. Dan kau keluar dari pintu masjid selepas melipat mukena.
Lalu kau bertanya padaku: Apakah kau mencintaiku?
Dan aku hanya menjawab: Ya, jantungku seolah kehilangan suara, saat tak sengaja kulihat kau menuruni tangga bertuliskan suci itu.
Ketika langit menghitam. Rembulan memudar hingga lampu parkiran jadi satu-satunya yang menghangatkan tulang. Dan kau duduk tersipu di bawahnya.
Lalu kau bertanya padaku: Apakah kau mencintaiku?
Dan aku hanya menjawab:Ya, aku bisa menuangkan cintaku pada kanvas yang berbeda, setiap kau menanyaiku. Tapi, bukankah kebersamaan ini lebih indah dari pertanyaan klisemu?
Kau bertanya: Apakah aku harus menjawabnya?
Aku berkata: Aku tak butuh jawaban darimu, aku hanya ingin kau sisakan sedikit saja waktumu untukku. Aku ingin menuntaskan setiap kerinduan dari perjumpaan- perjumpaan yang tak terrencana.
Ketika langit semakin tua. Rembulan berselimutkan awan hitam. Dan kau sedang tersenyum
dengan bola mata berbinar memandang bintang berkelipan.
Lalu kau bertanya padaku: Tidakkah kau melewatkan setiap pertanyaan yang kuberikan?
Tidakkah kau menyadari waktu yang kuluangkan demi untuk bersamamu?
Aku berbisik pada lampu berpendar di gazebo: Apakah ini yang namanya cinta?
Debu berterbangan, kepak sayap burung membelah kesunyian. Aku duduk bersila menatap malam. Dan bidadari langitku menghilang.
Kediri-Jombang, 5 Juli 2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar